Cari Blog Ini

Sabtu, 07 Mei 2011

MAN Temboro, Peluang Ditengah Badai Globalisasi

Madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang tertua di Indonesia dan berbasis keagamaan pada masa kini dituntut untuk mampu memerankan peranannya tanpa meninggalkan identitas utama yaitu membentuk karakter penghuninya sebagai insan kamil yang memeliki kepekaan terhadap perkembangan dunia dan tabungan bekal di akhirat.
Banyak tantangan yang mesti dihadapi, disatu sisi perkembangan dunia menuntut adanya segala sesuatu yang tampak "ngejreng" namun, disisi lain pendidikan agama menuntut segala sesuatu dengan "kesederhanaan". Dua hal yang secara harfiah bertentangan.
Dan ini musti dipikirkan bagaimana mencari titik temunya .......
Saya mengundang teman, sabahat, saudara seiman, sebangsa untuk mencurahkan ide-ide pencerahannya ....

Jumat, 06 Mei 2011

BERMADZHAB

1. Bermadzhab adalah taqlid atau mengikuti Imam Madzhab atau mujtahid mutlak di dalam semua ketentuan agama.
2. Taqlid didalam semua ketentuan agama hukumnya wajib (fardlu) seperti yang dijelaskan didalam kitab "Tanwirul Qulub" h. 40 oleh Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi. Beliau berkata:

وَمِمَّا يَجِبُ اِعْتِقَدْهُ اَنَّ اِئمَةَ الدِّيْنِ كُلُّهُمْ عُدُوْلٌ. وَمَنْ قَلَدَ وَاحِداً مِنْهُمْ نَجَا. . . . . .وَالْمَشْهُوْرُ مِنْهُمْ اَبُوْ حَنِيْفَةَ وَمَالِكَ وَالشَّافِعِى وّاَحْمَدَ رضى الله عنهم. وَكُلُّهُمْ عَلَى هُدٰى مِنَ اللهِ. وَتَقْلِيْدُ وَاحِدٍ مِنْهُمْ فَرْضٌ .(تنوير القلوب. ص. ٤٠)
Artinya:
" Sebagian dari aqoidun diniyah yang wajib diyakini bahwa semua imam madzhab itu adil. Barang siapa yang taqlid kepada salah satu dari mereka maka selamatlah dia. Dan taqlid atau mengikuti salah satu imam madzhab hukumnya fardlu ". ( Tanwirul Qulub. H. 40 )

3. Imam Madzhab atau mujtahid mutlak dibagi menjadi 3 bagian;
Bagian pertama bidang syari'at atau fiqih, yang masyhur ada 4, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad Ra. Semua itu mendapat petunjuk yang benar dari Allah Swt.
Setengah dari kelebihan Imam Mujtahid adalah imam mujtahid empat diatas ternyata sudah di rekomendasikan bersifat terperinci oleh Rasulullah Saw.
a. Berkaitan dengan Imam Abu Hanifah Rasulullah Saw bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه قَالَ رَسُولُ اللهِ ص.م. لَوْكَانَ اْلعِلْمُ بِالثُّرَيَا لَتَنَاوَلَهُ اِنْسٌ مِنْ اَبْنَاىٍ فَارِسَ ( رواه أحمد. وصحيحه إبن حبان ص. 205 )
Artinya:
" Andaikan ilmu agama itu bergantung di bintang tujuh, niscaya akan dijamah/diperoleh oleh orang-orang dari putra Persia ".
(HR. Imam Ahmad dan dishahihkan Imam Ibnu Hiban)

Menurut para ulama seperti al-Hafidz as-Suyuthi dan lain-lain. Hadits tersebut paling tepat sebagai syarat dan rekomendasi terhadap Imam Abu Hanifah pendiri Madzhab Hanafi.

b. Berkaitan dengan Imam Malik bin Anas Rasulullah Saw bersabda:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه عَنِ النَّبِى صلى الله عليه وسلم قَالَ يُوْشِكُ اَنْ يَضْرِبَ النَّاسُ اَكبَادَ اْلاِبِلِ يَطْلبُوْنَ اْلعِلْمَ فَلاَ يَجِدُوْنَ اَحَدًا أَعْلَمَ مِنْ عَالِمِ اْلمَدِيْنَةِ (رواه الترمذى واحمد وقال الترمذى حدث حسن)
Atinya:
" Hampir datang suatu masa orang-orang bepergian dengan cepat dari negeri-negeri yang jauh dalam rangka mencari ilmu lalu mereka tidak menemukan orang yang lebih 'alim dari pada seorang alim di madinah ". (HR. Turmuzdi dan Ahmad)
Menurut para ulama seperti imam Sufyan bin Unaiyah Imam Ahmad bin Hambal, ah-hafidz at-tirmidzi dan lain-lain. Hadits tersebut sebagai isyarat dan rekomendasi terhadap Imam Malik bin Anas pendiri Madzhab Maliki.
c. Berkaitan dengan Imam Syafi’i Rasulullah Saw bersabda:

عَنْ عَبْدُ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدِ رضى الله عنه قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَالِمُ قُرَيْشٍ يَمْلاَءُ اْلاَرْضَ عِلْمًا. رواه ابو داود الطيالس وابو نعيم فى حلية الاولياء. والبيهقى فى مناقب الامام الشافعى. والخطيب البغدادى فى تاريخ بغداد. وحسنه الترمذى والحافظى ابن حجر. قال البيهقى والحافظى ابن حجر : طُرُقُ هٰذَا اْلحٰدِيْثِ إِذَا ضُمَتْ بَعْضَهَا اِلَى بَعْضٍ اَفَادَتْ قُوَّةً. وَعُلِمَ اَنَ لِلْحٰدِيْثِ أَصْلاً.
Artinya:
Seorang alim dari suku Quraisy ilmunya akan menyebar ke berbagaii tempat di bumi. ( HR. Abu Dawud at-Thoyalisy, Abu Na’im)
Menurut para ulama seperti Imam Ahmad bin Hambal, al-hafizd, al-baihaqi, al-hafizd abu nu'aim al-hafizd as-suyuthi dan lain-lain. Hadits tersebut sebagai isyarat dan rekomendasi terhadap Imam as-Syafi'i pendiri madzhab Syafi'i.
d. Berkaitan dengan Imam Ahmad bin Hambal, dalam satu riwayat ketika Imam Syafi'i tinggal di mesir di akhir hayatnya beliau menyuruh muridnya al-Robi' bin Sulaiman al-Murodi (174 -270 H/790-883M) untuk menyampaikan surat kepada Imam Ahmad bin Hambal di Irak. Setelah membacanya Imam Ahmad langsung menangis al-Rabi, bertanya mengapa ia menangis?, Ahmad menjawab As-Syafi'i menyampaikan dalam suratnya bahwa ia telah bermimpi bertemu dengan Rasulullah Saw dan bersabda: " Kirimkan surat kepada Imam Ahmad bin Hambal dan sampaikan salamku, katakana padanya bahwa kamu akan mendapat ujian tentang kemakhlukan Al-Qur'an karena jangan kamu ikuti pendapat mereka. Kami akan meninggikan derajatmu hingga hari kiamat.".
Berdasarkan paparan diatas dengan mengikuti madzhab empat yang telah direkomendasikan oleh Rasulullah Saw tentunya lebih baik bagi kita dari pada mengikuti madzhab lain yang tidak mendapat rekomendasi dari beliau.
 Bagian kedua bidang aqidah atau ushuludin. Yang masyhur adalah Imam Abu Hasan al-Asy'ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi.
1. Menetapkan sumber atau dalil ushuludin dari dalil naqli dan dalil aqli dan sekaligus menolak dalil-dalil yang semu dari ahli dlolalah.
2. Mengetahui Tuhan dengan pendekatan atau dengan cara mengetahui sifat-sifat wajib dan sifat muhal dan af'al Allah lengkap dengan dalilnya.
Dikalangan Nahdlatul Ulama dikenal dengan Aqoid Seket (50). Dengan perincian atau pembagian bab Ilahiyat, Nubuwat, Kutubu Samawiyat, Malaikat, Yaumul Qiyamat, Qodo' dan Qodar.
 Bagian ketiga bidang tasawuf yang masyhur adalah Imam Abu Hamid Muhammad bin al-Ghozali dan Abu Qosim al-Junaidi al-Baghdadi.

Secara global cara tasawufnya memakai metode
a. Takhaly : adalah membersihkan diri dari sifat-sifat tercela
b. Tahaly : adalah menghiasi diri degan amalan-amalan mahmudah atau terpuji
c. Tajaly : terbukanya mata hati dengan jelas mengenai sifat-sifat dan keagungan Allah SWT

Demikian sedikit pemaparan tentang kadiah-kaidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah semoga dapat dijadikan rujukan bagi semua. Kami menyadari masih banyak kekurangan, maka kami harap maklum dan bisa memberikan masukan yang baik demi kesempurnaan tulisan ini.

Magetan, 24 Muharam 1430 H
31 Desember 2010 M
Dihimpun oleh

Kyai. Shofwan
(Temboro Karas Magetan)

BID'AH

وَاْلبِدْعَةُ فِى اْلَصْلِ إِحْدَثُ اَمْرٍلَم ْيَكُنْ فِى زَمَنِِ رَسُْلِ اللهِ صلى الله عليه سلم. ثُمَّ اْلبِدْعَةُ عَلَى نَوْعَيْنِ اِنْكَانَتْ مِمَّا يَنْدَوِجُ تَحْتَ مُسْتَحْسِنِ فِى الشَّرْعِ فَهِىَ بِدْعَةُ حَسَنَةٌ, وَاِنْ كَانَتْ مِمَّا يَنْدَوِجُ تَحْتَ مُسْتَقْبَحٍ فِى الشَّرْعِ فَهِىَ بِدْعَةُ مُسْتَقْبَحَةٌ (الحَافِظْ بَدْرالدين العين عمدة القارئ 11/126)
1. Defenisi Bid'ah
Bid'ah adalah mengerjakan sesuatu yang baru yang belum ada atau tidak pernah dikenal pada masa Rasulullah Saw.
Al-Imam Al-'Aini menyatakan:
" Bid'ah pada mulanya adalah mengerjakan sesuatu yang belum pernah ada pada masa Rasulullah Saw kemudian bid'ah itu ada dua macam. Apabila masuk dalam naungan sesuatu yang dianggap baik oleh syara' maka disebut bid'ah hasanah. Apabila masuk di bawah naungan sesuatu yang dianggap buruk oleh syara' maka disebut bid'ah tercela ".
(al-hafidz badrudin al-aini. 'Umdatul al-Qori, II/126)
2. Ada dua golongan atau kelompok yang berpandangan bahwa semua bid'ah itu sesat dan setiap kesesatan pasti masuk neraka. Pandangan seperti ini tidak diikuti mayoritas umat Islam, hanya diikuti oleh beberapa kelompok kecil seperti pengikut Wahabi, Ibnu Bat, al-utsaimin, al-alban, ar-rabi, dll.
3. Ada golongan atau kelompok yang terdiri dari mayoritas umat Islam Ahli Sunnah Wal Jama'ah dari kalangan sahabat Nabi Saw, ulama' salaf. Para imam mujtahid dan ahli hadits populer dalam setiap kurun waktu. Kelompok ini mempunyai pandangan bahwa bid'ah ada dua macam:
a) Bid'ah Dholalah
b) Bid'ah Hasanah
a. Bid'ah Dlolalah adalah sesuatu yang baru yang menyalahi al-Qur'an atau sunnah atau Ijma'
b. Bid'ah Hasanah adalah sesuatu yang baru dalam kebaikan yang tidak menyalahi Al-Qur'an atau Sunnah atau Ijma'.
Seperti beberapa sumber di bawah ini:
a. Imam Syafi'i berkata:

اَلْمُحَدَثَاثُ ضَرْبَانِ . ماأُحْدِثَ يُخَالِفُ كِتَابًا اَوْ سُنَّةً اَوْاِجْمَاعًا فَهُوَ ِبدْعَةُ الضَّلاَلَةُ. وَمَا اُحْدِثَ فِى اْلخَيْرِ لاَيُخَالِفُ شَيْأً مِنْ ذٰلِكَ فَهُوَ مُحَدَثَةٌ غَيْرُ مَذْمُوْمَةٍ. (الحافظى البيهقى . مناقب الإمام الشافعى. ١٠ /٤٦٩ )
Artinya:
" Bid'ah ada dua macam, pertama sesuatu yang baru menyalahi Al-Qur'an atau sunah atau Ijma' dan itu disebut Bid'ah Dlolalah atau tersesat. Kedua sesuatu yang baru dalam kebaikan yang tidak menyalahi Al-Qur'an, sunnah dan Ijma' dan itu disebut Bid'ah yang tidak tercela ".
(Al-Baihaqi, Manaqib Al-Syafi'i/469)

b. Bahkan al-Imam Al-Syafi'i menafikan nama bid'ah terhadap sesuatu yang mempunyai landasan dalam syara' meskipun belum pernah diamalkan oleh ulama salaf. Dalam hal ini beliau berkata:

فَقَالَ الشَّافِعِىرضى الله عنه: كُلُّ مَالَهُ مَسْتَنَدٌ مِنَ الشَّرْعِ فَلَيْسَ بِبِدْعَةِ وَلَوْلَمْ يَعْمَلْ بِهِ السَّلَفُ ِلاَنَّ تَرْكَهُمْ لَلْعَمَلَ بِهِ قَدْ يَكُوْنُ لِعُذْرٍ قَامَ لَهُمْ فِى اْلوَقْتِ اَوْلِمِا هُوَ اَفْضَلُ مِنْهُ اَوْ لَعَلَ لَمْ يَبْلُغْ جَمِيْعَهُمْ عَلَيْهِ بِهِ.( الحافظى الغمارى اتقان الصنعه فى تحقيق معنى البدعة. ص . 5 )
Artinya:
Setiap sesuatu yang mempunyai dasar dan dalil-dalil syara' meskipun belum pernah diamalkan oleh ulama salaf. Karena sikap mereka yang meninggalkan hal tersebut terkadang karena ada udzur yang terjadi pada saat itu, atau karena ada amaliyah lain yang lebih utama dan atau barangkali hal itu belum diketahui oleh mereka.
(Al-Hafidz Al-Ghomariyu Itqonussunnah fitahqiqi makna bid'ah)
c. Al-imam Izzuddin Abdis Salam membagi bid'ah menjadi lima bagian. Dalam pandangannya bid'ah itu terbagi menjadi lima bagian
1. Bid'ah Wajibah
2. Bid'ah Mandubah
3. Bid'ah Mubahah
4. Bid'ah Makruhah
5. Bid'ah Muharromah

Dalam hal ini beliau menyatakan

اَلبِدْعَةُ فِعْلُ مَالَمْ يُعْهَدْ فِى عُصْرِ رَسُولِ اللهِ ص.م. وَهِىَ مُنْقَسَمَةٌ اِلَى بِدْعَةِ وَاجِبَةٍ وَبِدْعَةِ مُحَرَمِةٍ وَبِدْعَةِ مَنْذُوْبَةٍ وَبِدْعَةِ مَكْرُوْهَةٍ وَبِدْعَةُ مُبَاحَةٍ وَالطَّرِيْقُ فِى مَعْرِفَةِ ذٰلِكَ اَنْ تَعْرَضَ اْلبِدْعَُةَ عَلَى قَوَاعِدِ الشَّرِيْعَةِ. فَاِنْ دَخَلَتْ فِى قَوَاعِدِ اْلاِيْجَابِ فَهُوَ وَاجِبَاتٌ. وَاِنْ دَخَلَتْ فِى قَوَاعِدِ التَّحْرِيْمِ فَهِىَ مُحَرَّمَةٌ. فَاِنْ دَخِلِتْ فِى قَوَاعِدِ الْمَنْذُوْبِ فَهِىَ مَنْذُوْبَةٌ. وَاِنْ دَخَلِتْ فِى قَوَاعِدِ الْمُبَاحِ فَهِىَ مُبَاحَةٌ. وَلِلْبِدَعِ الْوَاجِبَاتِ اَمْثِلَةٌ:إِحْدَهَا اْلإِشْتِغَالُ بِعِلْمِ النَّحْوِ الَّذِى يُفْهَمُ بِهِ كَلاَمُ اللهِ. وَكَلاَمُ رَسُوْلِهِ ًص.م. وَذٰلِكَ وَاجِبٌ ِلاَنَّ حِفْظَى الشَّرِيْعَةِ وَاجِبٌ وَلاَ يَتَأَتَى حِفْظُهَا اِلاَّ بِمَعْرِفَةِ ذٰلِكَ وَمَا لاَيَتِمُ اْلوَاجِبِ اِلاَّ بِهِ فَهُوَوَاجِبٌ .
اَلْمِثَالُ الثَّانِى: اَلْكَلاَمُ فِى الْجَرْحِ وَالتَّعْدِيْلِ لِتَمْيِيْزِ, الصَّحِيْحِ مِنَ السَّقِيْمِ.
وَلِلْبِدَعِ الْمُحَرَّمَةِ أَمْثِلَةٌ: مِنْهَا مَذْهَبُ اْلقَدَرِيَّةِ وَمِنْهَا مَذْهَبُ اْلجَبَرِيَّةِ وَمِنْهَا مَذْهَبُ اْلمُرْجِئَةِ وَمِنْهَا مَذْهَبُ اْلمُجَسِّمَةٍ. وَالرَّدُ عَلَى هٰؤُلاَءِ مِنَ اْلبِدَعِ اْلوَاجِبَةِ.
وَلِلْبِدَعِ اْلمَنْذُوْبَةِ أَمْثِلَةٌ : مِنْهَا اِحْدَاثُ اْلمَدَارِسِ وَبِنَاءُ اْلقَناَطِرِ. وَ مِنْهَا كُلُّ اِحْسَانٍ لَمْ يُعْهَدْ فِى اْلعُصْرِ اْلاَوَّلِ . وَمِنْهَا صَلاَةُ التَّرِاوِيْحِ .
وَلِلْبِدَعِ اْلمَكْرُوْهَةِ أَمْثِلَةٌ : مِنْهَا زَخَزَفَةُ اْلمَسَاجِدَ وَمِنْهَا تَزْوِيْقُ اْلمَصَاحِفِ. وَلِلْبِدَعِ اْلمُبَاحَةِ أَمْثِلَةٌ : مِنْهَا التَّوْسِعُ فِى اللَّذِيْذِ مِنَ الْمَأْكُلِ وَالْمَشَارِبِ وَالْمَلاَبِسِ وَالْمَسَاكِنِ وَلُبْسِ الطَّيَالِسَةِ وَتَوْسِيْعِ اْلأَكْمَامِ. الامام عز الدين بن عبد السلام قواعد الاحكام .٢/١٣٣
Artinya:
" Bid'ah adalah mengerjakan sesuatu yang tidak pernah dikenal atau terjadi pada masa Rasulullah Saw.
Bid'ah dibagi menjadi lima, bid'ah wajibah, bid'ah muharromah, bid'ah makruhah, bid'ah mandubah, bid'ah mubahah. Jalan untuk mengetahui hal itu adalah dengan membandingkan bid'ah pada kaidah-kaidah syari'at. Apabila bid'ah itu masuk pada kaidah-kaidah wajib maka menjadi bid'ah wajibah. Apabila masuk pada kaidah haram, maka bid'ah muharromah. Apabila masuk kaidah sunat maka bid'ah mandubah. Dan apabila masuk pada kaidah mubah maka bid'ah mubahah.
Bid'ah wajibah mempunyai banyak contoh salah satunya adalah menekuni ilmu nahwu sebagai sarana memahami Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah Saw. Hal ini hukumnya wajib karena menjaga syari'at itu wajib dan tidak mungkin dapat menjaganya tanpa mengetahui ilmu nahwu. Sedangkan sesuatu yang menjadi sebab terlaksananya perkara wajib maka hukumnya wajib.
Kedua berbicara dalam Jarhi dan Ta'dil untuk membedakan hadits yang shohih dan lemah.
Bid'ah Muharromah banyak memiliki contoh diantaranya bid'ah ajaran Qodariyah, Jabariyah, Murji'ah, dan Mujasimah. Sedangkan menolak terhadap bid'ah-bid'ah tersebut termasuk bid'ah yang wajib.
Bid'ah Mandubah memiliki banyak contoh, diantaranya mendirikan sekolah-sekolah, jembatan-jembatan, dan setiap kebaikan yang belum pernah dikenal pada generasi pertama diantaranya adalah Shalat Tarawih
Bid'ah Makruhah memiliki banyak contoh, diantaranya memperindah bangunan masjid dan menghiasi mushaf Al-Qur'an
Bid'ah Mubahah memiliki banyak contoh, diantaranya menjamah makanan dan minuman yang lezat-lezat, pakaian yang indah, tempat tinggal yang mewah, memiliki baju kebesaran ". dll. (Qawaid al-ahkam fi masalih al-anam, 2/133)

4. Bid'ah yang tercela adalah sesuatu yang belum pernah ada pada masa Rasulullah Saw yang masuk dalam naungan sesuatu yang dianggap buruk oleh syara'
Adapun golongan atau kelompok yang termasuk bid'ah dlolalah/tercela ada 72 golongan diatas, seperti yang telah dijelaskan dalam hadits di Bab I.
5. 72 golongan diatas seperti yang dikatakan Al'Alamah al-Mujtahid As Syekh Ali bin Abi Bakar bin As Saqofi Alawi didalam kitabnya " Ma'ariful Hidayah"

(مَسْئَلَةٌ) قَالَ اْلعَلاَمَةُ اْلمُجْتَهِدِ الشَّيْخِ عَلِىِ بْنِ أَبِى بَكَرِى بْنِ السَّقَافِ عَلَوِىِ نفعَنَا اللهُ بِهِ فِى كِتَابِهِ مَعَارِجِ اْلِهدَايَةِ. فَصْلٌ : وَاحْذَرْ يَاأَخِى مِنَ اْلبِدَعِ وَاَهْلِهَا وَانْبَذْهَا وَاهْجُرْاَهْلاَهَا وَاعْرِضْ عَنْ مُجَالَسَةِ اَرْبَابِهَا. وَاعْلَمْ اَنَّ أُصُوْلَ اْلبِدَعِ فِى اْلأُصُوْلِ كَمَا ذَكَرَهُ اْلعُلَمِاءُ يُرْجَعُ اِلَى سَبْعَةٍ. َاْلاَوَّالُ اَلْمُعْتَزِلَةُ اْلقَاتِلُوْنَ بِاَنَّ اْلعِبَادِ خَالَقُوْا أَعْمَالَهُمْ وَيَنْفَوْنَ الرُّؤْيَةَ وَيُوْجِبُوْنَ الثَّوَابَ وَالْعِقَابَ وَهُمْ عِشْرُوْنَ فِرْقَةً. وَالثَّانِى اَلشِّيْعَةُ الْمُغْرِطَةُ فِى حُبِّ سَيِّدِنَا عَلِى كرم الله وجهه. َوهُمْ إِثْنَاِن وَعِشْرُوْنَ فِرْقَةً. وَالثَّالِثُ اَلْخَوَارِجُ اَلْمُغْرِطَةُ بُغْضَ عَلِى رضى الله عنه اَلْمُكَفِرَةِ لَهُ وَلِمَنْ أَذْنَبَ ذَنْباً كَبِيْراً وَهُمْ عِشُْوْنَ فِرْقَةً. وَالرَّابِعُ اَلْمُرْجِئَةُ اَلْقَائِلَةُ وَاْلخَامِسُ اَلنِّجَارِيَّةُ اَلْمُوَافَقَةُ ِلاَهْلِ السُّنَةِ فِى الْخُلُقِ اْلاَفْعَالِ. وَلِلْمُعْتَزِلَةِ فِى نَفْىِ الصِّفَاتِ وَحُدُوْثِ الْكَلاََمِ وَهُمْ ثَلاَثُ فِرَقٍ. اَلسًّادِسُ اَلْجَبَرِيَّةُ اَلْقَائِلَةُ بِسَلَبِ اْلاِخْتِيَارِ عَنِ اْلعِبَادِ وَهُمْ فِرْقَةُ وَاحِدَةٌ. وَالسَّابِعُ اَلْمُشَبِهَةُ الَّذِيْنَ يُشْبِهُوْنَ الْحَقَّ بِالْخَلْقِ فِى اْلجِسْمِيَّةِ وَاْلحُلُوْلِ وَهُمْ فِرْقَةٌ وَاحِدَةٌ اَيْضاً. فَتِلْكَ اِثْنَانِ وَسَبْعُوْنَ. كُلُّهُمْ فِى النَّارِ.
وَاْلفِرْقَةُ النَّاجِيَةُ هُمْ أَهْلُ السُّنَّةِ اَلْبَيْضَاءِ اَلْمُحَمَّدِيَّةِ وَالطَّرِيْقَةُ النَقِيَّةِ وِلَهَا ظَاهِرٌ يُسَمَى بِالشَّرِيْعَةِ شَرِيْعَةٌ لِلْعَامَةِ وَبَاطِنٌ رُسِمَ بِاالطَّرِيْقَةِ مَنْهَاجاً لِلْخَاصَّةِ. وَخُلاَصَةٌ خُصَّتْ بِالْحَقِيْقَةِ مِعْرَاجاً. َلأَخَصِى الْخَاصَّةِ فَاْلاَوَّلُ نَصِيبُ اْلاَبْدَانِ لِلْخِدْمَةِ. وَالثَّانِى نَصيْبُ اْلقُلُوْبِ مِنَ اْلعِلْمِ وَالْمَعْرِفَةِ وَالْحِكْمَةِ. وَالثَّالِثُ نَصِيْبُ اْلأَرْوَاحِ مِنَ الْمُشَاهَدَةِ وَالرُّؤْيَةِ . أهى. ( بغية المسترشدين. ص. ٢٩٨)

Artinya:
" Wahai saudaraku jauhi, takuti, dan tinggalkan dari semua bentuk bid'ah dan berpalinglah dari Ahli Bid'ah. Dan ketahuilah bahwa pokok-pokok bid'ah seperti yang dikatakan para ulama kembali pada 7 bagian:
1. Golongan Mu'tazilah mengatakan bahwa semua hamba Allah menjadikan perbuatannya dan menafikan rukyah, dan mewajibkan pahala dan siksa. Semua ada 20 golongan.
2. Golongan Syi’ah yang berlebihan mencintai Sayyidina Ali Karomallahu Wajhah. Semua ada 22 golongan
3. Golongan Khawarij, yang memberontak, membenci, dan mengkafirkan kepada Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah dan semua orang yang melakukan dosa besar semua ada 20 golongan
4. Golongan Murjiah yang menyatakan bahwa maksiat tidak berpengaruh kepada iman dan thoat bermanfaat karena kufur. Semua ada 5 golongan
5. Golongan Najariyah yang sepakat dengan ahli sunnah di dalam menjadikan perbuatan dan sepakat dengan Mu'tazilah didalam menafikkan sifat dan hudutsul kalam dan semua ada 3 golongan
6. Golongan Jabariyah, yang berpendapat bahwa ikhtiyar itu lepas dari hamba Allah, ada 1 golongan
7. Golongan Musyabihah, yaitu golongan yang menyerupakan Allah dan makhlukNya didalam bentuk jisim dan mengambil tempat, ada 1 golongan.

Dari semua golongan tersebut berjumlah 72 golongan, semuanya masuk neraka. Dan kelompok yang selamat adalah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah". (Bughyatul Mustarsyidin H. 298).

قَالَ الشَّافِعِى رضى الله عنه : مَاأُحْدِث وَخَالَفَ كِتَاباً اَوْسُنَّةًاَواِجْمَاعاً اَوْأَثًراً فَهُوَ البِدْعَةُ الضَّلاَلَةُ وَمَا أُحْدِثَ مِنَ الخَيْرِ وَلَمْ يُخَالِفُ شَيْئاً مِنْ ذٰلِكَ فَهُوَ البِدْعَةُ المَحْمُوْدَةُ (سرج الطالبين الجزأ الأوال صحيفة 109)
وَأَمَّاالبِدْعَةُ السَّيِّئَةُ فَهِىَ مَا خَالَفَ شَيْأًمِنْ ذٰلِكَ صَرِيْحًا اَوْاِلْتِزَاماًقَدْتَنْتَهِى اِلَى مَا يُوْجِبُ التَّحْوِيْمَ تَارَةُ وَالْكَرَاهَةُ اُخْرَى وَإِلَى مَا يُظَنُّ أَنَّهُ طَاعَةً وَقُرْبَةً. فَمِنَ الأَوَالِ اَلأِنِتِمَاءُ اِلَى جَمَاعَةٍ يَزْغَمُوْنَ التَّصَوُفُ وَيُخَالِفُوْنَ مَاكَانَ عَلَيْهِ مَشَايِخُ الطَّرِيْقَةِ مِنَ الزُّهْدِ وَالْوِرَاعِ وَسَائِرِ الْكَلِمَاتِ الْمَشْهُوْرَةِ عَنْهُمْ بَلْ كَثِيْرٌ مِنْ أُولـٰئِكَ إِبَاحِيَّةً لاَ يُحَرِّمُوْنَ حَرَاماً لَتَلْبِيْسِ الشَّيْطَانِ عَلَيْهِمْ اَحْوَالُهُمُْ القَبِيْحَةِ الشَّنِيْعَةِ. فَهُمْ بِأِسْمِ الفُسُوْقِ وَالْكُفْرِ أَحَقُّ مِنْهُمْ بِاِسْمِ التَّصَوُفِ اَوِالْفَقِيْرِ (سرج الطالبين الجزأ الأوال صحيفة 109)
Imam syafi’i RA. Berkata :
Sesuatu yang baru yang menyimpang dari kitab AL-QUR’AN, atau SUNNAH ROSUL atau ijam’ sahabatatau jejak para tabi’in dab salafu sholih maka dinamakan BID’AH DLOLALAH (tercela) dan sesuatuyang baru dari kebaikan yang tidak menyimpang dari Al-Qur’an, Al-Hadist Ijma’ dan Qiyas maka dinamakan Bid’ah Mahmudah (Terpuji) (Sirojul altholibiina juz Awal Shohifah 109)
Adapun bid’ah Syayi’ah (tercela) yaitu sesuatu yang menyimpang dari Al-Qur’an, Al-Hadist Ijma’ dan Qiyas secara langsung atau jelas atau iltizam yang puncaknya menjadi haram dan makruh dan menjadi sesuatu yang dikira taat atau ibadah.
Setengahdari awal (haram) mengeklaim dirinya menjadi jama’ah yang dikira ahli tashawuf padahal mereka menyimpang dari ketentuan masyayih Thoriqoh dari hal Zuhud dan wiro’inya dan semua kalimat yang masyhur dari beliau , Bahkan dari mereka banyak yang menetapkan sesuatu menjadi mubah dan tidak pernah mengharamkan sesuatu yang jelas haram, karena mereka terbujuk oleh rayuan syaitan dalam menjalankan kejelekan yang sangat buruk maka mereka lebih pantas mendapat label faseq / Kufur dari pada menamakan dirinya ahli tashawuf. (Terpuji) (Sirojul altholibiina juz Awal Shohifah 109)

AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH

1. Ahlus Sunnah Wal Jama’ah /Aswaja
Ditinjau dari segi bahasa atau lughawi Ahlus Sunnah Waljama’ah berasal dari:
1. Ahlun yang berarti kaum/keluarga /golongan
2. Assunnah yang berarti ucapan Nabi Muhammad Saw, tingkah laku, kebijaksanaan atau perbuatan Nabi Muhammad Saw, persetujuan atau sikap Nabi Saw mendiamkan ucapan atau tingkah laku seorang pada zaman Nabi Muhammad Saw
3. Wa, kata sambung yang berarti “dan”
4. Al jamaah yang berarti kumpulan atau kelompok mayoritas, yang dimaksud disini adalah kelompok sahabat Nabi
Jadi ahlus sunnah wal jama’ah adalah kelompok atau golongan yang senantiasa menghayati dan mengamalkan ajaran Rasulullah Saw.
2. Menurut Abu Al Fadli bin Syekh Abdu as-Syakur al- senori dalam kitabnya “ Al Kawakib Alamma’ah fi tahqiqi al-musamma bi ahli al-sunah wal jama’ah menyebutkan definisi ahlis sunnah wal jama’ah sebagi kelompok atau golongan yang senantiasa komitmen mengikuti sunah Nabi Saw dan thariqoh para sahabatnya dalam hal aqidah, amaliyah fisik dan akhlak batin atau tasawuf.
3. Syekh Abdul Qodir al-Jilani mendefinisikan Ahlu Sunnah Wal Jama’ah sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan Ahlus Sunnah adalah apa yang telah diajarkan Rasulullah Saw meliputi ucapan perilaku serta ketetapan beliau. Sedangkan yang dimaksud dengan pengertian jamaah adalah segala sesuatu yang telah disepakati oleh para sahabat Nabi Saw pada masa Khulafa’ Ar Rasyidin yang empat, yang telah diberi hidayah Allah Swt.
4. Ahlis Sunnah Wal Jama’ah ditinjau dari istilah berasal dari beberapa hadist Nabi Saw diantara lain:

قَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم: إِفْتَرَقْتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدٰى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةُ وَالنَّصَارٰى عَلٰى إِثْنَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً. وَسَتَفْتَرِقُ أُمَتِى عَلىٰ ثَلاَثِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً. اَلنَّاجِيَّةِ مِنْهَا وَاحِدَةٌ وَاْلبَاقُوْنَ هَلْكَىْ. قِيْل : وَمَنْ اَلنَّاجِيَّةُ ؟, قَالَ: أَهْلُ السُّنَّةِ وَاْلجَمَاعَةِ, قيل : وَمَاالسُّنَّةِ وَاْلجَمَاعَةِ ؟, قَالَ: مَاأَنَا عَلَيْهِ اْليَوْمِ وَأَصْحِابِى. (مذكور فى كتاب القول المسدد فى الذب عن مسند أحمد للإمام ابن حجر الحافظ )
Artinya:
" Nabi Saw bersabda umat yahudi berpecah belah menjadi 71 golongan dan umat nasrani menjadi 72 golongan dan umatku /umat Islam akan berpecah belah menjadi 73 golongan yang selamat dari ke-73 golongan tersebut adalah satu sedang sisanya celaka. Dikatakan kepada Nabi : (Siapakah golongan yang selamat itu?), beliau bersabda “ Ahlus Sunnah Wal Jama’ah “ dikatakan: (apakah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah itu?), ‘ Beliau bersabda apa yang aku berada diatas sekarang bersama para sahabatku ".
(tersebut dalam kitab Al-Qaulul Musaddat Fidz Dzabbi An Musnadi Ahmad “ Karangan Imam Ibnu Hajar Al Hafidz
Imam Ahmad bin Hambal dan Abu Dawud juga meriwayatkan hadits sebagai berikut:
عَنْ مُعَاوِيَةَ رضي الله عنه عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: إِفْتَرَقْتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدٰى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةُ وَالنَّصَارٰى عَلٰى إِثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً. وَاَنَّ هٰذِهِ اْلاُمَةُ سَتَفْتَرِقُ عَلىٰ ثَلاَثِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً. اِثْنَتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِى النَّارِ وَوَحِدَاةٌ فِى اْلجَنَّةِ. قَالُوا: يَارَسُولَ الله, مَاهٰذِهِ اْلوَاحِدَاةُ؟, قَالَ: مَاأَنَا عَلَيْهِ اْليَوْمِ وَأَصْحِابِى.( رواه أحمد بن حنبل وأبوداود)

Artinya :
" Dari Muawiyah Ra. Dari Rasulullah Saw beliau bersabda “ Umat Yahudi telah pecah menjadi 71 golongan dan umat Nasrani telah pecah menjadi 72 golongan dan sungguh umat Islam ini akan pecah menjadi 73 golongan. 72 golongan di neraka dan satu golongan di surga. Para sahabat berkata “ Wahai Rasulullah Saw golongan apakah yang satu ini?”, Beliau menjawab: “apa yang aku berada diatasnya sekarang bersama para sahabatku”.
(HR. Ahmad bin Hambal dan Abu Dawud ).
Dalam sebuah hadits diriwayatkan :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: اِفْتَرَقَتِ اْليَهُوْدُ عَلٰى إِحْدَى وَسِبْعِيْنَ فِرْقَةً. وَتَفَرَّقَتِ النَّصِارٰى عَلَى إِثْنَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً. وَتَفَرَّقَتِ أُمَتِى عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْعِيِنَ فِرْقَةً. كُلَهَا فِى النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً. قَالُوا: وَمَنْ هُمْ يَارَسُوْلَ اللهِ؟, قَالَ : هُمْ الَّذِيْنَ اَنَا عَلَيْهِ وَاَصْحَابِى. ( رواه أبو داوود والترميذى واين ماجه ).

Artinya:
" Dari Abu Hurairah sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda terpecah umat Yahudi menjadi 71 golongan dan terpecah umat Nasrani menjadi 72 golongan dan akan terpecah umatku menjadi 73 golongan semuanya masuk neraka kecuali satu. Berkata para sahabat, Wahai Rasulullah siapakah mereka?, Rasulullah menjawab: Mereka adalah yang mengikuti aku dan para sahabatku ".
(HR. Abu Dawud, Turmudzi, Ibnu Majah)
Hadits riwayat Ibnu Majah yang berbunyi sebagai berikut:

فَإِذَا رَأَيْتُمْ إِخْتِلاَفاً فَعَلَيْكُمْ بِالسِّوَادِ اْلأَعْظَمِ . (رواه ابن ماجه )
Artinya:
" Jika kamu sekalian melihat perbedaan pendapat maka kamu wajib mengikuti golongan terbanyak/mayoritas ". (HR. Ibnu Majah)

Kalau ditinjau dari beberapa hadits diatas, maka Ahlus Sunnah Wal Jamaah sudah ada pada zaman Rasulullah Saw dan berlanjut ke generasi tabi’in dan tabi'it tabi'in sampai para ulama salafus shalih sampai sekarang. Terbukti hadits diatas.

Kamis, 05 Mei 2011

menangis

MENANGIS
Emha Ainun Nadjib (1987)


Sehabis sesiangan bekerja di sawah-sawah serta disegala macam
yang diperlukan oleh desa rintisan yang mereka dirikan jauh di
pedalaman, Abah Latif mengajak para santri untuk sesering
mungkin bersholat malam.

Senantiasa lama waktu yang diperlukan, karena setiap kali
memasuki kalimat " iyyaka na'budu " Abah Latif biasanya lantas
terhenti ucapannya, menangis tersedu-sedu bagai tak
berpenghabisan.

Sesudah melalui perjuangan batin yang amat berat untuk melampaui
kata itu, Abah Latif akan berlama-lama lagi macet lidahnya
mengucapkan " wa iyyaka nasta''in" .

Banyak di antara jamaah yang turut menangis, bahkan terkadang
ada satu dua yang lantas ambruk ke lantai atau meraung-raung.

"Hidup manusia harus berpijak, sebagaimana setiap pohon harus
berakar," berkata Abah Latif seusai wirid bersama, " Mengucapkan
kata-kata itu dalam Al-fatihah pun harus ada akar d an
pijakannya yang nyata dalam kehidupan. 'Harus' di situ titik
beratnya bukan sebagai aturan, melainkan memang demikianlah
hakikat alam, di mana manusia tak bisa berada dan berlaku
selain di dalam hakikat itu."

"Astaghfirulloh, astaghfirulloh..," gemeremang mulut para santri.

" Jadi, anak-anakku," beliau melanjutkan, " apa akar dan pijakan
kita dalam mengucapkan kepada Alloh ..iyyaka na'budu?"

"Bukankah tak ada salahnya mengucapkan sesuatu yang toh baik dan
merupakan bimbingan Alloh itu sendiri, Abah?" bertanya seorang
santri.

"Kita tidak boleh mengucapkan kata, Nak, kita hanya boleh
mengucapkan kehidupan."

"Belum jelas benar bagiku, Abah?"

" Kita dilarang mengucapkan kekosongan, kita hanya diperkenankan
mengucapkan kenyataan."

"Astaghfirulloh, astaghfirulloh..," geremang mulut para santri.

Dan Abah Latif meneruskan, " Sekarang ini kita mungkin sudah
pantas mengucapkan iyyaka na'budu.KepadaMu aku menyembah.Tetapi
kaum Muslimin masih belum memiliki suatu kondisi keumatan untuk
layak berkata kepadaMu kami menyembah, na'budu."

"Al-Fatihah haruslah mencerminkan proses dan tahapan pencapaian
sejarah kita sebagai diri pribadi serta kita sebagai ummatan
wahidah.Ketika sampai di kalimat na'budu, tingkat yang harus kita
telah capai lebih dari abdullah, yakni khalifatulloh.Suatu maqom
yang dipersyarati oleh kebersamaan kamu muslim dalam menyembah
Alloh di mana penyembahan itu diterjemahkan ke dalam setiap
bidang kehidupan.Mengucapkan iyyaka na'budu dalam sholat mustilah
memiliki akar dan pijakan di mana kita kaum muslim telah membawa
urusan rumah tangga, urusan perniagaan, urusan sosial dan politik
serta segala urusan lain untuk menyembah hanya kepada Alloh.Maka
anak-anakku, betapa mungkin dalam keadaan kita dewasa ini lidah kita
tidak kelu dan airmata tak bercucuran tatkala harus mengucapan
kata-kata itu?"

"Astaghfirulloh, astaghfirulloh..," gemeremang para santri.

"Al-fatihah hanya pantas diucapkan apabila kita telah saling
menjadi khalifatulloh di dalam berbagai hubungan kehidupan.Tangis
kita akan sungguh-sungguh tak tak berpenghabisan karena dengan
mengucapkan wa iyyaka nasta'in, kita telah secara terang-terangan
menipu Tuhan.Kita berbohong kepada-Nya berpuluh-puluh kali dalam
sehari.Kita nyatakan bahwa kita meminta pertolongan hanya kepada
Alloh, padahal dalam sangat banyak hal kita lebih banyak
bergantung kepada kekuatan, kekuasaan dan mekanisme yang pada
hakikatnya melawan Alloh."

Astaghfirulloh, astaghfirulloh..," geremang mulut para santri.

"Anak-anakku, pergilah masuk ke dalam dirimu sendiri, telusurilah
perbuatan-perbuatanmu sendiri, masuklah ke urusan-urusan manusia di
sekitarmu, pergilah ke pasar, ke kantor-kantor, ke
panggung-panggung dunia yang luas: tekunilah, temukanlah salah
benarnya ucapan-ucapanku kepadamu.Kemudian peliharalah kepekaan dan
kesanggupan untuk tetap bisa menangis.Karena alhamdulillah,
seandainya sampai akhir hidup kita hanya diperkenankan untuk
menangis karena keadaan-keadaan itu : airmata saja pun sanggup
mengantarkan kita kepada-Nya."